Perangkap ‘Aesthetic’: Bagaimana Algoritma Mengurung Identitas Kita dalam Gelembung Cottagecore & Dark Academia.

Perangkap 'Aesthetic': Bagaimana Algoritma Mengurung Identitas Kita dalam Gelembung Cottagecore & Dark Academia.

Perangkap ‘Aesthetic’: Bagaimana Algoritma Mengurung Identitas Kita dalam Gelembung Cottagecore & Dark Academia

Estetika yang Menjebak

Di era digital ini, ‘aesthetic’ telah menjadi lebih dari sekadar preferensi visual. Ia menjelma menjadi identitas, sebuah cara untuk mengekspresikan diri dan menemukan komunitas. Namun, di balik keindahan filter Instagram dan tren TikTok, terdapat algoritma yang diam-diam membentuk persepsi kita dan mengurung kita dalam gelembung estetika tertentu, seperti cottagecore dengan nuansa pedesaan romantisnya atau dark academia yang dipenuhi misteri dan intelektualisme klasik. Algoritma ini, dengan kemampuannya mempelajari preferensi kita, terus-menerus menyajikan konten serupa, memperkuat ketertarikan kita pada estetika tertentu sambil membatasi paparan kita pada hal-hal di luar gelembung tersebut.

Bayangkan Anda menyukai foto-foto bertema cottagecore. Algoritma akan mencatat ini dan mulai menampilkan lebih banyak konten serupa: gaun panjang berenda, keranjang piknik di padang rumput, dan rumah-rumah pedesaan yang indah. Semakin banyak Anda berinteraksi dengan konten tersebut, semakin kuat pula gelembung cottagecore yang tercipta di sekitar Anda. Hal yang sama berlaku untuk dark academia, dengan perpustakaan kuno, buku-buku bersampul kulit, dan diskusi filosofis yang mendominasi linimasa Anda.

Fenomena ini bukan hanya soal selera visual. Identitas kita mulai terikat dengan estetika yang kita konsumsi. Kita mulai mengadopsi gaya hidup, hobi, bahkan cara berpikir yang selaras dengan gelembung estetika tersebut. Ini bisa berdampak positif, menciptakan rasa kebersamaan dan belonging. Namun, juga bisa membatasi eksplorasi diri dan pemahaman kita terhadap dunia yang beragam.

Terkadang, dorongan untuk mengikuti tren estetika tertentu dapat menimbulkan tekanan sosial. Kita merasa ‘harus’ menyukai hal-hal tertentu agar diterima dalam suatu komunitas. Dalam beberapa kasus, ini bisa mengarah pada konsumerisme, di mana kita membeli barang-barang tertentu hanya untuk memenuhi tuntutan estetika, bukan karena kebutuhan atau keinginan yang sebenarnya. Misalnya, situs seperti Mahkota69 bisa memanfaatkan tren ini untuk memasarkan produk-produk tertentu.

Penting untuk menyadari bagaimana algoritma membentuk persepsi dan identitas kita. Dengan menyadari mekanisme ini, kita dapat secara sadar mengendalikan konsumsi konten dan keluar dari gelembung estetika yang membatasi. Eksplorasi dan keterbukaan terhadap berbagai perspektif adalah kunci untuk mengembangkan identitas yang autentik dan pemahaman yang lebih luas tentang dunia.

Melangkah Keluar dari Gelembung

Kesadaran akan pengaruh algoritma adalah langkah pertama. Cobalah untuk secara aktif mencari konten di luar zona nyaman estetika Anda. Ikuti akun-akun dengan perspektif yang berbeda, eksplorasi genre musik baru, atau baca buku dengan tema yang belum pernah Anda sentuh sebelumnya. Dengan demikian, Anda dapat memperkaya pengalaman dan membentuk identitas yang lebih utuh, tidak terkungkung oleh algoritma dan tren semata.